Minggu, 01 Januari 2012

Jumat, 04 November 2011

Zhang Da

Seorang anak di China pada 27 Januari 2006 mendapat penghargaan tinggi
dari pemerintahnya karena dinyatakan telah melakukan “Perbuatan Luar
Biasa”. Diantara 9 orang peraih penghargaan itu, ia merupakan
satu-satunya anak kecil yang terpilih dari 1,4 milyar penduduk China.

Yang membuatnya dianggap luar biasa ternyata adalah perhatian dan
pengabdian pada ayahnya, senantiasa kerja keras dan pantang menyerah,
serta perilaku dan ucapannya yang menimbulkan rasa simpati.

Sejak ia berusia 10 tahun (tahun 2001) anak ini ditinggal pergi oleh
ibunya yang sudah tidak tahan lagi hidup bersama suaminya yang sakit
keras dan miskin. Dan sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang
Papa yang tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan.

Kondisi ini memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum genap
10 tahun untuk mengambil tanggungjawab yang sangat berat. Ia harus
sekolah, ia harus mencari makan untuk Papanya dan juga dirinya
sendiri, ia juga harus memikirkan obat-obat yang yang pasti tidak
murah untuk dia. Dalam kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa
Zhang Da dimulai.

Ia masih terlalu kecil untuk menjalankan tanggung jawab yang susah dan
pahit ini. Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus
menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini. Tetapi yang membuat
Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah.

Hidup harus terus berjalan, tapi tidak dengan melakukan kejahatan,
melainkan memikul tanggungjawab untuk meneruskan kehidupannya dan
Papanya. Demikian ungkapan Zhang Da ketika menghadapi utusan
pemerintah yang ingin tahu apa yang dikerjakannya.

Ia mulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah. Dari
rumah sampai sekolah harus berjalan kaki melewati hutan kecil. Dalam
perjalanan dari dan ke sekolah itulah, Ia mulai makan daun,
biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui.

Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia coba
memakannya. Dari mencoba-coba makan itu semua, ia tahu mana yang masih
bisa ditolerir oleh lidahnya dan mana yang tidak bisa ia makan.

Setelah jam pulang sekolah di siang hari dan juga sore hari, ia
bergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar
dan memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil kerja sebagai tukang
batu ia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk papanya.

Hidup seperti ini ia jalani selama 5 tahun tetapi badannya tetap
sehat, segar dan kuat. Zhang Da merawat Papanya yang sakit sejak umur
10 tahun, ia mulai tanggungjawab untuk merawat papanya.

Ia menggendong papanya ke WC, ia menyeka dan sekali-sekali memandikan
papanya, ia membeli beras dan membuat bubur, dan segala urusan
papanya, semua dia kerjakan dengan rasa tanggungjawab dan kasih. Semua
pekerjaan ini menjadi tanggungjawabnya sehari-hari.

Zhang Da menyuntik sendiri papanya. Obat yang mahal dan jauhnya tempat
berobat membuat Zhang Da berpikir untuk menemukan cara terbaik untuk
mengatasi semua ini. Sejak umur sepuluh tahun ia mulai belajar tentang
obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang ia beli.

Yang membuatnya luar biasa adalah ia belajar bagaimana seorang suster
memberikan injeksi / suntikan kepada pasiennya. Setelah ia rasa mampu,
ia nekat untuk menyuntik papanya sendiri. Sekarang pekerjaan menyuntik
papanya sudah dilakukannya selama lebih kurang lima tahun, maka Zhang
Da sudah terampil dan ahli menyuntik.

Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis dan orang terkenal yang
hadir dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju
kepada Zhang Da, pembawa acara (MC) bertanya kepadanya,

"Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, sekolah di mana, dan apa yang kamu
rindukan untuk terjadi dalam hidupmu? Berapa uang yang kamu butuhkan
sampai kamu selesai kuliah?

Besar nanti mau kuliah di mana, sebut saja. Pokoknya apa yang kamu
idam-idamkan sebut saja, di sini ada banyak pejabat, pengusaha, dan
orang terkenal yang hadir.

Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui
layar televisi, mereka bisa membantumu!"

Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab apa-apa. MC pun berkata lagi
kepadanya, "Sebut saja, mereka bisa membantumu."

Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara bergetar ia pun menjawab,

"Aku mau mama kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu
papa, aku bisa cari makan sendiri, Mama kembalilah!"

Semua yang hadir pun spontan menitikkan air mata karena terharu. Tidak
ada yang menyangka akan apa yang keluar dari bibirnya. Mengapa ia
tidak minta kemudahan untuk pengobatan papanya, mengapa ia tidak minta
deposito yang cukup untuk meringankan hidupnya dan sedikit bekal untuk
masa depannya?

Mengapa ia tidak minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit?
Mengapa ia tidak minta sebuah kartu kemudahan dari pemerintah agar
ketika ia membutuhkan, pasti semua akan membantunya.

Mungkin apa yang dimintanya, itulah yang paling utama bagi dirinya.
Aku mau Mama kembali, sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya
sejak saat melihat mamanya pergi meninggalkan dia dan papanya.

Kisah di atas bukan saja mengharukan namun juga menimbulkan kekaguman.
Seorang anak berusia 10 tahun dapat menjalankan tanggung jawab yang
berat selama 5 tahun. Kesulitan hidup telah menempa anak tersebut
menjadi sosok anak yang tangguh dan pantang menyerah.

Zhang Da boleh dibilang langka karena sangat berbeda dengan anak-anak
modern. Saat ini banyak anak yang segala sesuatunya selalu dimudahkan
oleh orang tuanya. Karena alasan sayang, orang tua selalu membantu
anaknya, meskipun sang anak sudah mampu melakukannya.

by: andri (sumber: milist Trainers Club Indonesia)

Selasa, 20 September 2011

Perilaku yang Merusak Kepercayaan

"Tiada kata 'saya' dalam sebuah tim," begitulah ungkapan yang sering kita dengar di tempat kerja.

Namun, faktanya, selalu ada anggota tim yang cenderung ingin menonjolkan diri, merasa berperan lebih atau paling besar di antara yang lainnya. Jika sudah begini, semangat tim pun menjadi rusak. Hubungan antaranggota diwarnai dengan ketidakpercayaan. Akibatnya, dikerja dan produktivitas pun terganggu.

Kita semua bisa menghindari hal itu terjadi, dengan menjauhkan diri dari sikap-sikap dan perilaku-perilaku yang bisa merusak kepercayaan orang lain terhadap diri kita.

Apa saja itu?

1. Gagal menepati janji-janji, persetujuan dan komitmen

2. Mengutamakan kepentingan diri sendiri

3. Semua hal ingin dilakukan sendiri, dan menolak pendelegasian

4. Tidak konsisten antara perkataan dan perbuatan

5. Pelit berbagi informasi penting

6. Menyembunyikan kebenaran

7. Suka menyalahkan orang lain, dan berusaha menutupi kesalahan sendiri

8. Lebih senang menghakimi dan mengkritik ketimbang memberikan umpan balik yang konstruktif

9. Tak mampu menjaga rahasia dan justru senang menggosipkan orang lain

10. Membatasi kesempatan orang lain untuk ikut berkontribusi atau terlibat dalam pengambilan keputusan

11. Meremehkan bakat, pengetahuan dan keterampilan orang lain

12. Ogah mendukung pengembangan profesional orang lain

13. Menolak dinilai oleh kolega

14. Menolak berkompromi dengan argumentasi orang lain; mau menang sendiri

15. Tertutup

16. Lebih menyenangi sarkasme ketimbang humor

17. Tidak mengakui kekurangan dan tak mau minta bantuan orang lain

18. Menganggap saran dan kritik orang lain sebagai serangan terhadap pribadi

19. Tak banyak berkontribusi dalam berbagai meeting tim, dan malah cenderung mengganggu

20. Menggalang kelompok kecil untuk "melawan" keputusan tim.

Sumber : PortalHR

Minggu, 03 Juli 2011

Gajah dan KITA


GAJAH-GAJAH SIRKUS yang besar-besar sering kali hanya ditambatkan di batang kayu yang kecil. Sebenarnya bila ingin berontak, dengan mudah gajah itu akan bisa mematahkan kayu pengikatnya. Namun mengapa hal itu tidak pernah dilakukan?

Ketika masih kecil, gajah kecil sering diikat dengan rantai dan ditambatkan di tiang baja yang sangat kuat. Sekeras apa pun mereka berusaha melepaskan diri, hal tersebut tidak pernah akan berhasil. Seiring pertumbuhannya, gajah-gajah tersebut meyakini bahwa mereka tidak akan pernah melepaskan diri selama mereka diikat dan ditambatkan. Sesungguhnya cukup banyak orang yang memiliki persepsi seperti gajah sirkus. Mereka sulit berkembang karena pemikirannya terikat kuat pada keyakinan bahwa mereka memang tidak mampu berkembang.

http://keep-inspirit.com

Senin, 02 Mei 2011

02 Mei 2011 - Resolusi Diri dalam Golden Word

o2 May 2011 at 23.56
alone in a long night



Minggu, 10 April 2011

~ POHON APEL ~


Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula, pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu.

"Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi." jawab anak lelaki itu. "Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya."

Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu."

Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. "Ayo bermain-main denganku lagi." kata pohon apel

"Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?"

"Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu." kata pohon apel.

Kemudian, anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. "Ayo bermain-main lagi deganku." kata pohon apel.

"Aku sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?"

"Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah."

Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.

"Maaf, anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu."

"Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu." jawab anak lelaki itu.

"Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat." kata pohon apel.

"Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu." jawab anak lelaki itu.

"Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini." kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang." kata anak lelaki. "Aku hanya mEmbutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu."

"Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang."

Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita.

Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita.

Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan.

Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia.

Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.

Minggu, 27 Maret 2011

Anda Psikopat ???

oleh: Mohamad Yunus

Bila kata psikopat disebut, pikiran mungkin langsung melayang pada Sosok rian, pembunuh berantai sosok “sempurna” dan ‘normal” yang jauh lebih jahat dari penampilannya. Seperti Ryan, seorang psikopat memang kerap menipu lewat penampilan.seorang psikopat profesional di bidangnya. Ada yang pejabat, dokter, pimpinan perusahaan, karyawan, psikiater, psikolog, penegak hukum, wartawan, pemuka agama, politikus, penggiat LSM, pendidik/pengajar/trainer, ibu rumah tangga. Tak ketinggalan, mereka juga punya banyak julukan. Mulai dari yang keren sampai menyeramkan, seperti a white collar crime, the best actor, atau “serigala berbulu domba”.

Dalam kasus kriminal, psikopat dikenali sebagai pembunuh, pemerkosa, dan koruptor. Namun, ini hanyalah 15-20 persen dari total psikopat. Selebihnya adalah pribadi yang berpenampilan sempurna, pandai bertutur kata, mempesona, mempunyai daya tarik luar biasa dan menyenangka
Psikopat secara harfiah berarti sakit jiwa. Pengidapnya juga sering disebut sebagai Sosiopat karena prilakunya yang antisosial dan merugikan orang-orang terdekatnya. Psikopat adalah bentuk kekacauan mental ditandai tidak adanya integrasi pribadi; orangnya tidak pernah bisa bertanggung jawab secara moral, selalu konflik dengan norma sosial dan hukum (karena sepanjang hayatnya dia hidup dalam lingkungan sosial yang abnormal dan immoral)

Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit. Psikopat tak sama dengan gila (skizofrenia/ psikosis) karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya. Gejalanya sendiri sering disebut dengan psikopati, pengidapnya seringkali disebut “orang gila tanpa gangguan mental”. Menurut penelitian sekitar 1% dari total populasi dunia mengidap psikopati. Pengidap ini sulit dideteksi karena sebanyak 80% lebih banyak yang berkeliaran daripada yang mendekam di penjara atau dirumah sakit jiwa, pengidapnya juga sukar disembuhkan

[1].adakah cara mengenali para psikopat yang berkeliaran itu? Secara klinis, jelas tak mudah, karena untuk sampai pada kesimpulan seseorang tergolong
psikopat atau bukan. “Harus melalui proses panjang dan sulit. Diagnostik sahih mesti disimpulkan setelah usia orang yang dicurigai lebih dari 18 tahun,” papar dr. Suryantha
Chandra, Sp.KJ, kepala Sanatorium Dharmawangsa, Jakarta.

Sampai saat ini, pasien yang ditangani Sanatorium Dharmawangsa, yang akhirnya disimpulkan sebagai psikopat, rata-rata berusia antara 25 – 35 tahun. Sebuah rentang usia produktif. Sedangkan jumlahnya kurang dari 10% dari seluruh pasien yang datang. Psikopat berbeda dengan orang normal dan berbeda dari pelaku kriminal yang ‘normal’. Tidak hanya berbeda karena tindakannya tetapi berbeda secara
emosi, motivasi, dan proses berpikir. Pertama, perilaku mereka bukan sekedar perilaku impulsif, tetapi hampir tanpa motivasi atau dimotivasi oleh tujuan yang tidak dimengerti. Kedua, psikopat mempunyai emosi yang dangkal.

Pada dasarnya, psikopat adalah sebutan singkat untuk gangguan kejiwaan, yang awalnya dikenali sebagai kenakalan remaja dan gangguan kepribadian antisosial (emosi dangkal, gampang meledak-ledak, tak bertanggungjawab, berpusat pada diri sendiri, serta kekurangan empati dan rasa sesal). Bila anda atau orang terdekat anda sedikitnya melakukan tiga dari tujuh ciri khas berikut ini:

(1) gagal mengikuti norma sosial dan hukum, hingga berkali-kali ditahan pihak berwajib,
(2) berulang-ulang berbohong, menggunakan berbagai alasan, lihai bicara, menipu untuk keuntungan pribadi atau sekadar bersenang-senang, suka bersikap baik dan manis di depan orang lain tetap menusuk di belakang.
(3) meledak-ledak dan tak punya perencanaan, kalau ingin sesuatu, harus saat itu juga dilakukan,
(4) mudah tersinggung dan berangasan, sehingga sering terlibat penyerangan atau adu jotos,
(5) tak peduli keselamatan diri sendiri atau orang lain,
(6) tak bertanggungjawab, misalnya kerja sering tak beres dan ngemplang utang,
(7) nyaris tak punya rasa sesal dan bersalah setelah menyakiti, menganiaya bahkan mencuri. anda harus waspada karena ini merupakan gejala anda atau orang terdekat anda terkena psikopat.

Psikopat berbeda dengan orang normal dan berbeda dari pelaku kriminal yang‘normal’. Tidak hanya berbeda karena tindakannya tetapi berbeda secara emosi, motivasi, dan proses berpikir. Pertama, perilaku mereka bukan sekedar perilaku impulsif, tetapi hampir tanpa motivasi atau dimotivasi oleh tujuan yang tidak dimengerti. Kedua, psikopat mempunyai emosi yang dangkal. Psikopat biasanya memiliki IQ yang tinggi.

Mereka kekurangan cinta, kesetiaan, kekurangan empati, dan rasa tidak bersalah. mereka tidak bisa melakukan penilaian dan tidak bisa belajar dari kesalahan dalam pengalaman hidup. Psikopat tidak memikirkan konsekuensi dari perilakunya. Misalnya orang normal, ketika mendapat hukuman dari tindakannya, akan berhenti untuk melakukan tindakan tersebut atau akan mengulangnya tapi dalam cara agar tidak ketahuan oleh orang lain. Sedangkan orang psikopat, akan terus mengulang lagi dan lagi, dengan cara yang sama, meskipun mereka telah dihukum karena melakukan tindakan itu. Jadi, mungkin jika Ryan atau siapapun adalah seorang psikopat, penjara tidak akan membuatnya jera (tapi sepertinya kemungkinan dieksekusi lebih besar dibandingkan ia dipenjara 20 tahun) Terakhir, para psikopat terlihat
meyakinkan dari luar. Maksudnya, karena mereka tidak memiliki perasaan cemas dan perasaan bersalah, mereka bisa berbohong, mencuri, berbuat curang, dan lainnya. Ini mendukung pernyataan seorang psikolog yang pernah diwawancara (itu lho psikolog yang duduk di kursi roda) bahwa Ryan membunuh karena dia cemburu dengan pasangan homoseksualnya itu bohong besar. Itu hanya alibi untuk menutupi perilakunya atau trigger dari perilakunya. Dan jangan percaya dengan tampilan kalem dan lemah lembutnya karena orang psikopat mampu mengontrol sikapnya.

Psikopat percaya bahwa seluruh dunia melawannya. Ada juga pembunuh psikopat yang membunuh korbannya bukan untuk memuaskan keinginannya membunuh, tapi mereka membutuhkan seorang teman. Seperti Dennis Nilsen – pelaku psikopat - yang berkata bahwa ia merasa nyaman tinggal dengan mayat daripada hidup dengan orang lain karena mayat tidak akan mengacuhkannya. Ini menjelaskan kalau ia merasa kesepian dan mengalami isolasi sosial sebagai hal yang sangat menyakitkan, namun diekspresikan dengan kekerasan.

Psikopat tidak hanya ada di penjara, di ruang sidang pengadilan, atau pada kisah “pembunuhan” , Penelitian menyatakan bahwa satu persen populasi orang dewasa yang bekerja adalah psikopat di tempat kerjanya. lewat berbohong, mencurangi, mencuri, mememanipulasi, mengorbankan dan menghancurkan para rekan kerja, serta kesemuanya tanpa rasa salah maupun penyesalan. Mereka yang disebut organisasional psikopat, berkembang pesat di dunia bisnis, di mana kezaliman dan nafsu mereka tidak saja mereka salah-artikan sebagai ambisi dan keterampilan memimpin, namun juga sebagai sesuatu yang dihargai melalui promosi, bonus dan kenaikan upah.

“psikopat di tempat kerja berpikir layaknya psikopat kriminal. Mereka berusaha sekeras-kerasnya demi mereka sendiri. Perbedaan keduanya adalah, psikopat kriminal menghancurkan korban secara fisik, sedangkan psikopat tempat kerja menghancurkan korbannya secara psikologis,” Mereka tidak peduli. Mereka tidak berpikir dirinya adalah psikopat. Mereka tidak berpikir apa yang sedang dilakukan adalah salah. Mereka hanya berpikir dirinya pintar, dan jika semua orang secerdas mereka, semuanya pun akan melakukanhal serupa,” katanya.

Penanganan dan pengobatan penyandang psikopat minimal memakan waktu tiga tahun. Sanatorium Dharmawangsa menegaskan, pengobatan pasien dengan gangguan jiwa ini tak ada penyelesaiannya. Artinya, penanganan dan pengobatan harus dilakukan terus-menerus, dengan kerja sama banyak pihak, karena masalahnya tak selalu mudah.
Sistem pendidikan yang hanya mengejar prestasi, juga bisa memicu tumbuhnya pribadi psikopat. Bila tiap anak dituntut menjadi nomor satu, sementara ia sadar kemampuannya terbatas, apa yang terpikir olehnya untuk mencapai tujuan itu? Bisa saja dia mencari jalan pintas, dan hal ini dapat mengundang anak menjadi seornag yang psikopat.
Memang, gelar psikopat kadang nemplok tanpa pilih tempat. Apalagi sering tanpa sadar masyarakat modern sendiri ikut andil melahirkan psikopat. Karena beratnya tekanan hidup, berbagai hal yang menyimpang dari norma dan hukum, justru menjadi aktivitas “sehari-hari” . Jadi apakah anda psikopat… Saya berharap bukan ya… coba instropeksi diri deh . (dari berbagai sumber)
Semoga bermanfaat.